STUDI PENGEMBANGAN ANGKUTAN PERDESAAN DI KAWASAN PURWOMANGGUNG (KORIDOR TRANS JATENG BOROBUDUR – KUTOARJO)
DOI:
https://doi.org/10.62603/konteks.v3i3.8Keywords:
Pengembangan Angkutan Perdesaan, Trans Jateng, PurwomanggungAbstract
Perkembangan angkutan perdesaan di kawasan Purwomanggung, khususnya di daerah yang dilewati Trans Jateng Borobudur – Kutoarjo (Kabupaten Magelang dan Purworejo) saat ini sangat lambat. Sarana transportasi yang kurang memadai, tingginya penggunaan kendaraan pribadi menyebabkan operasional angkutan pedesaan berjalan tidak efektif. Jumlah armada angkutan perdesaan di Kabupaten Magelang dan Purworejo sudah semakin berkurang. Load factor penumpang <30%. Tujuan penelitian ini yaitu merencanakan Pengembangan Angkutan Perdesaan di Kawasan Purwomanggung (Koridor Trans Jateng Borobudur – Kutoarjo) yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dengan memenuhi standar yang telah ditentukan. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif.. Berdasarkan hasil analisis Indeks Kesulitan Geografis (IKG), 93% Kecamatan yang ada di Kabupaten Magelang dan Purworejo memiliki IKG cenderung sulit. Kabupaten Purworejo masih memiliki cukup banyak kecamatan yang memiliki IKG cenderung sulit (semua kecamatan kecuali Kecamatan Bagelen). Kabupaten Magelang memiliki 9 kecamatan dengan IKG cenderung sulit (Kecamatan Borobudur, Tempuran, Kajoran, Kaliangkrik, Windusari, Pakis, Grabag). Untuk melayani desa yang memiliki aksesibilitas sulit, terdapat 5 koridor usulan rute angkutan perdesaan yang terintegrasi dengan Trans Jateng koridor Borobudur – Kutoarjo yaitu: koridor Terminal Magersari – Terminal Borobudur, Terminal Borobudur – Balkondes, Terminal Purworejo – Jogoboyo, Bendungan Bener – Terminal Salaman, Terminal Kutoarjo - Jogoboyo. Diharapkan dengan adanya angkutan perdesaan yang memiliki pelayanan lebih baik akan meningkatkan jumlah penumpang angkutan perdesaan di Kabupaten Magelang dan Purworejo.
