Evaluasi Kesiapan Dan Hambatan Penerapan Smku Pada Subkontraktor: Studi Kasus Pasca Covid-19

Abstract

Industri konstruksi Indonesia sangat bergantung pada peran subkontraktor, yang kerap menghadapi tantangan ketahanan bisnis akibat risiko finansial, keterlambatan pembayaran, dan gangguan eksternal seperti pandemi COVID-19. Kondisi ini menyoroti kebutuhan penerapan Sistem Manajemen Kelangsungan Usaha (SMKU) atau Business Continuity Management (BCM) sebagai strategi untuk menjaga keberlangsungan operasional di tengah krisis. Penelitian ini bertujuan menganalisis kesiapan model bisnis subkontraktor dalam menerapkan SMKU serta merumuskan peta jalan implementasinya sebagai strategi peningkatan resiliensi bisnis. Pendekatan mixed methods case study digunakan pada satu perusahaan subkontraktor utilitas di Indonesia melalui analisis data keuangan (2019–2023) dan wawancara semi-terstruktur dengan manajemen serta klien. Hasil menunjukkan penurunan pendapatan lebih dari 50% pasca-pandemi serta gap signifikan antara kesadaran strategis dan kesiapan implementatif SMKU. Faktor utama penghambat adalah kerentanan finansial, kesenjangan digitalisasi, birokrasi internal, ketergantungan pada vendor tunggal, dan belum terinstitusionalisasinya governance SMKU. Penelitian ini menghasilkan peta jalan empat fase penerapan SMKU, mulai dari stabilisasi finansial, digitalisasi proses, kolaborasi rantai pasok, hingga pematangan sistem menuju standar ISO 22301. Temuan ini memperkaya literatur tentang ketahanan bisnis subkontraktor dan memberikan panduan praktis untuk memperkuat keberlanjutan sektor konstruksi nasional.